Senin, 22 Juni 2009

RAWA GAMBUT (KALIMANTAN SELATAN)

Rawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara musiman atau permanent dan dapat ditumbuhi berbagai macam vegetasi tumbuhan yang beragam jenisnya. Di Kalimantan Selatan, kita dapat menemukan kawasan rawa di daerah Gambut km.17. kawasan tersebut dapat ditempuh selama ± 1 jam dari pusat kota Banjarmasin. Kecamatan Gambut mempunyai luas wilayah 12.930 hektar, yang merupakan 2,77 persen dari luas Kabupaten Banjar. Lahan rawa gambutnya cukup berpotensi untuk dimanfaatkan.

Gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga menpunyai daya menyerap air sangat besar hingga 850% dari berat keringnya. Oleh sebab itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat air (reservoir) yang dapat menahan banjir saat musim hujan dan melepaskan air saat musim kemarau sehingga intrusi air laut saat kemarau dapat dicegah. Pada dasarnya, gambut itu sendiri memiliki peran yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup, seperti: Sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering, mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai, sumber makanan nabati maupun hewani, mencegah terjadinya banjir dan sumber energi.


Pentingnya dilakukan observasi lapangan beberapa waktu lalu, dapat diketahui bahwa pH tanah di kawasan rawa tersebut berkisar antara 3,4-6,3. Sedangkan, pH air mencapai 4,9-6. Tingginya pH tanah dan air tersebut, memungkinkan tumbuh-tumbuhan tertentu saja yang ditemui, yaitu pohon galam, Lotus, purun tikus (Eleocharis dulcis), karamunting (Melastoma polianthum), jenis rumput-rumputan, dsb. Pada dasarnya, ditemukannya purun tikus di kawasan tersebut, justru sangat bermanfaat. Karena, purun tikus itu sendiri dapat menyerap logam berat di daerah rawa, dan bekerja secara absorpsi.

Potensi-potensi yang dapat dikembangkan pada rawa gambut sebenarnya akan menimbulkan ancaman dan bencana bagi lingkungan dan makhluk hidup sendiri, apabila dilakukan secara terus-menerus dan tidak terkontrol. Dari hasil observasi, timbul di dalam pikiran saya, bahwa potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan adalah potensi tumbuhan yang terdapat di kawasan tersebut. Apabila dilakukan reklamasi untuk pertanian, justru sangat berbahaya. Karena akan merusak ekosistem yang sudah terbentuk dan dapat mempercepat dekomposisi. Sehingga pada akhirnya, fungsi dari rawa tersebut akan beralih dan justru akan menimbulkan banjir. Karena, rawa gambut memiliki fungsi yang dapat melindungi kita. Diantaranya: sebagai fungsi hidrologi, sebagai habitat (satwa liar), sebagai sumber plasma nutfah, dan sebagai endapan karbon. Jadi, sebenarnya rawa gambut di Kalimantan Selatan ini, menyimpan banyak sekali manfaat yang dapat dikembangkan. Namun, dengan tanpa melakukan reklamasi. Akankah pemerintah setempat memikirkan hal demikian?....

TANGKAPAN AIR DI KALIMANTAN SELATAN

Di Kalimantan Selatan, ternyata memiliki daerah tangkapan air atau lebih dikenal dengan tanggul. Sebut saja Damit. Damit adalah sebuah desa di Kabupaten Tanah Bumbu yang terletak di salah satu sudut rangkaian pegunungan Meratus, wilayah yang terletak di dataran tinggi yang hampir seluruhnya tertutup padang ilalang dan hutan-hutan kecil. Damit juga merupakan salah satu daerah tangkapan air buatan manusia. Di sekitar bendungan ini, tidak terlalu jauh, sudah dapat ditemukan persawahan yang sistem pengairannya sangat bergantung pada pasokan air di bendungan ini, seperti pertanian, perikanan, dan perkebunan.



Dari hasil observasi yang dilakukan beberapa waktu lalu, saya dapat melihat keadaan wilayah Damit itu sendiri kini telah sedikit-demisedikit menjadi rusak karena ulah tangan manusia itu sendiri. Dari fakta yang telah ditemukan di lapangan, flora dan fauna di kawasan ini memang menunjukkan potensi habitat bagi organisme yang tinggal di kawasan tersebut. Namun, akan berdampak negatif jika kawasan tersebut dijadikan lahan perkebunan secara keseluruhannya. Di kawasan ini, terlihat di beberapa kaki gunung terdapat pohon karet, yang sengaja ditanami oleh penduduk sekitar. Dari perkebunan karet ini, justru habitat fauna di kawasan tersebut akan semakin berkurang dan lama kelamaan akan punah. Begitu pula dengan habitat tumbuhannya. Selain hal di atas, saya juga melihat dampak yang lain. Yakni, proses pengairan sawah di sekitar dari aliran DAM ke areal persawahan kurang lancar. Karena, pipa-pipa saluran air ditemukan banyak yang bocor. Hal inilah, yang mengakibatkan warga di sekitar wilayah tersebut banyak membuka lahan yang kosong untuk pertanian dan perkebunan. Sehingga, dari kasus ini justru sangat merugikan bagi flora dan fauna di kawasan tersebut. Dan pola penyebarannya pun pada akhirnya tidak seimbang lagi.

Jadi, upaya yang dilakukan masyarakat di daerah Damit ini memang memiliki dampak yang merugikan dan menguntungkan. Namun, dengan memperhatikan ekosistem di kawasan ini dan tidak melakukan secara berlebihan. Tentunya, dengan bantuan Pemerintah Setempat sangatlah diperlukan, guna meningkatkan upaya konservasi daerah tangkapan air di daerah Damit ini.

KONSERVASI PANTAI TABANIO?...APA MUNGKIN BISA?

Tabanio, merupakan sebuah nama kota kecil di daerah Pagatan Besar dan Pagatan yang terletak di pesisir selatan Kalimantan Selatan, dimana sebuah wilayah yang merupakan batas antara ekosistem laut dan daratan. Tabanio, memiliki sebuah pantai yang cukup luas dan memiliki potensi besar untuk dikelola dan dimanfaatkan. Namun, dari hasil observasi saya dan teman-teman beberapa waktu lalu, sangatlah disayangkan sekali pemanfaatan pantai dan pelestarian pantai sangat tidak sesuai dengan pemikiran kita mengenai pantai sebelumnya. Banyak sekali pemandangan yang tidak sedap untuk dipandang, dan abrasi pantai yang sudah tak terelakkan lagi. Hal inilah yang membuat kawasan ini menjadi semakin buruk keadaannya.

Di sepanjang pesisir pantai ini, tidak terlihat pohon kelapa namun terlihat sampah-sampah dan perahu nelayan yang tidak terpakai. Bahkan, yang lebih disayangkan lagi di sana ditemukan kotoran sapi milik warga yang berkeliaran bebas mencari makan di pinggiran pantai tersebut. Kemudian muncul dipikiran saya. Apakah bisa dilakukan konservasi untuk pantai Tabanio ini?....jawabannya, tentu sangat bisa. Jika kita bersama bertukar pikiran. Hal pertama yang kita lakukan adalah pencegahan abrasi pantai. Caranya yaitu:

· Penanaman kembali hutan bakau yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir yang hutan bakaunya sudah punah, baik akibat dari abrasi itu sendiri atau karena pembukaan lahan tambak.

· Pelarangan Penggalian Pasir Pantai. Perlu peraturan baik tingkat pemerintah daerah maupun pusat yang mengatur pelanggaran pasir pantai secara besar-besaran yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

· Pembuatan Pemecah Gelombang. Pemecah gelombang perlu dibuat didaerah-daerah pesisir karena dapat mengurangi kekuatan gelombang yang menerjang pantai.

· Pelestarian Terumbu Karang. Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai kepantai. Oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan cara membuat peraturan untuk melindungi habitatnya.

Dengan luas 62 kilometer persegi, Desa Tabanio saat ini dihuni sekitar 850 keluarga, 70 persen di antaranya nelayan tradisional. Mereka mulai melaut sejak 20-an tahun silam. Sebagian adalah generasi kedua atau ketiga yang mewarisi "profesi" ayah atau kakeknya, tetapi sebagian lainnya adalah nelayan generasi pertama yang tetap bertahan meski usia sudah tidak muda lagi. Tabanio hanyalah desa kecil di Kecamatan Tangkisung, Kabupaten Tanahlaut. Di peta kabupaten, lokasi desa di tepi Laut Jawa itu nyaris tak tampak. Apalagi pada peta besar Provinsi Kalsel. Tetapi, tidaklah sulit mencapai desa nelayan tersebut. Dari kota kabupaten, Pelaihari, Tabanio bisa dicapai dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan melintasi jalan beraspal sepanjang 23 km atau 83 km dari Kota Banjarmasin.

Kodisi lain yang tampak dari desa Tabanio ini adalah kurangnya sumber air bersih. Saat kami tanyakan dengan warga setempat bagaimana mereka memperoleh air bersih, warga mengatakan bahwa mereka memperoleh air bersih dengan cara membeli. Harga satu dirigen air bersih bernilai sekitar Rp.1.250,-. Memang cukup sulit untuk memperoleh air bersih di Desa Tabanio ini karena umumnya air yang ada adalah air payau yang tercampur air asin sehingga tidak bisa dikonsumsi untuk minum atau memasak. Sehingga, pasokan air bersih per KK jumlahnya hanya terbatas.

Untuk mengatasi semua kondisi di daerah pantai ini, sangatlah membutuhkan perhatian dari Pemerintah setempat. Peran masyarakat sekitar juga sangat dibutuhkan, karena menjaga dan melestarikan kondisi pantai yang kini sangat memprihatinkan, dan harus segera ditanggulangi agar abrasi yang sudah terjadi dapat dikurangi. Misalnya saja, dengan membuat siring atau pemecah gelombang. Di pinggiran pantai Tabanio ini, kami melihat tumpukan batu yang cukup banyak dan cukup untuk dibuat siring. Setelah kami melakukan wawamcara dengan penduduk sekitar, ternyata batu itu tadinya akan digunakan untuk membuat siring, dimana batu tersebut diperoleh dari sumbangan CALEG. Namun, karena CALEG tersebut gagal untuk terpilih, maka batu-batu tersebut tertumpuk begitu saja di pinggiran Pantai tersebut. Warga setempat tentu saja menginginkan Pantai tersebut bersih dan nyaman, tetapi dukungan dari pemerintah setempat masih belum mereka rasakan. Seandainya masalah abrasi ini dapat ditangani dengan baik, hasilnya kemudian tentunya akan berimbas untuk masyarakat Tabanio juga. Masyarakat tetap bisa mencari ikan dan tidak akan kehilangan mata pencaharian. Sehingga, pantai yang sekarang sudah ada, tidak lagi memberikan kesan buruk bagi pendatang dari daerah lain. Pantai Tabanio, juga memiliki potensi untuk lebih maju dari Pantai-pantai yang telah ada. Seperti, untuk dijadikan pusat pariwisata di Kalimantan Selatan. Masyarakat sekitar dan Pemerintah Daerah, tentu memperoleh keuntungan yang besar dari konservasi Pantai Tabanio ini. Mungkin tidak sekarang, tetapi bisa 3 atau 5 tahun mendatang, kondisi Pantai di Tabanio ini sudah berubah dan berbeda seperti saat ini. Mudah-mudahan....! AMIN....